Senin, 20 Juni 2016

Cerita Bersambung BLDB 1

Assalamualaikum..
Sebelumnya terima kasih sudah mampir ke blog ini. Saya baru belajar membuat blog, jadi mohon maaf bila kamu, iya kamu. Gak puas dengan blog ini. Agar kepuasan dapat dicapai, saya mohon kepada pembaca untuk menyempatkan memberi saran dan kritiknya di kolom komentar. Thank you very much. Selamat membaca ^_^


Bagaikan Langit dan Bumi
oleh : Ilma Hayati
1
https://punyailma.blogspot.com


Malam yang pekat menyelimuti sebuah desa kecil di pinggiran Kota Bandung. Gemuruh air hujan  disertai petir yang memekakkan telinga membuat semua orang enggan keluar rumah. Sangat dingin. Ini saatnya semua orang tidur dengan selimut yang tebal.

Hampir tengah malam, di kala seorang wanita terbangun dari tidurnya dan merasakan gejala aneh dalam perutnya. Wanita itu sedang hamil.
"Mas bangun.", wanita itu mencoba membangunkan suaminya.
"Mmm, kenapa?", dalam keadaan setengah sadar suaminya mencoba bicara.
"Perut aku sakit mas.".
"Perut kamu sakit?".

Pasangan suami-istri itu panik. Kembali petir saling sambar-menyambar. Hujan deras. Wanita itu seperti mau melahirkan, dia meringis kesakitan. Suaminya kebingungan.
"Oke, aku akan pergi ke mbah karti. Kamu tunggu ya. Tahan.", Suaminya beranjak pergi.
"Hu.. jan mas.", wanita itu khawatir.
"Udah gak papa.".

Sang suami bergegas meninggalkan rumahnya, meninggalkan istrinya sendirian. Berusaha berlari, tak mempedulikan gelapnya malam, derasnya hujan, kilat yang mengejutkan. Dia terjatuh beberapa kali, namun dia bangun kembali demi istrinya yang akan melahirkan. Rumah dukun beranak itu lumayan jauh, tetapi apa boleh buat. Karena rumah sakit terdekat lebih jauh dari rumah mbah karti. Sangat jauh. Dan juga keadaan ekonomi mereka tidak memungkinkan.

Sampailah sang suami di rumah mbah karti, tak banyak bicara, mbah karti segera menutup pintu dan pergi meninggalkan rumahnya, mengikuti pria yang menjemputnya.
Dengan panik, sang suami membuka pintu rumahnya, dia masuk disusul mbah karti yang berada tepat dibelakangnya. Sang suami mengarahkan mbah karti ke pintu kamar yang hanya ada satu itu.
Namun, setelah sang suami membukakan pintu untuk mbah karti, sang suami melihat ke dalam kamar. Kaget, suara bayi baru lahir terdengar nyaring setelah pintu kamar terbuka.

"Ya Allah.", mbah karti pun terkejut. Dia langsung menuju bayi yang masih berlumuran darah.
Sedang, sang suami langsung menuju istrinya, mengelap keringat istrinya.
"Kania? Sayang?", sekarang sang suami sangat panik.

Mata istrinya hampir tertutup, sedikit meringis, dan terlihat sangat lelah. Tak sanggup berkata-kata, namun dia berusaha. Membuka matanya, menatap suaminya
"hhmas, hhbahh... yi kihh..", terkekeh-kekeh.
"Sayang, tenang.. Bayi kita sedang diurus mbah karti..".
Wanita itu meneteskan air mata, tersenyum "bahyii kiitta......", matanya terpejam.
"Kania? Kania? Kania bangun sayang.", sangat panik.
"Kania?", dia memegang tangan istrinya, mencoba merasakan denyut nadinya.
"Innalillahi wainnailaihi raji'un.", Lelaki yang gagah itu meneteskan air mata, mencium kening istrinya.
"Innalillahi wainnailaihi raji'un.", mbah karti yang telah membersihkan dan menyelimuti bayinya dengan kain, tertegun.

Lelaki itu tertunduk, disamping istrinya yang telah tak bernyawa.
"Sudah den, sabarlah, semoga amalnya diterima, dia wanita yang hebat, meninggal dengan syahid, pastilah dia masuk surga."
Lelaki itu kembali menatap wajah istrinya yang damai. Tak berkata apa pun. Hanya ingin istrinya kembali. Namun itu sudah tak mungkin.
"Bayinya sangat cantik, seperti ibunya."
Perhatian lelaki itu teralihkan, dia berdiri, mengikuti mbah karti yang sedang menggendong anak dari pasangan suami-istri tersebut. Memandangnya penuh cinta, menggendongnya, menciumnya, mendekatkan bayi itu ke istrinya.
"Ini anak kita, Langit kita, kau ingin anak kita seperti langit yang selalu bertahan, walau terik, gelap, cerah, petir, hujan. Dia akan bertahan. Dia akan selalu bahagia.".

"Langit."


Bersambung...
 

Mohon kritik dan sarannya ^_^ terimakasih...

Selanjutnya>>2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar